Kanker serviks atau kanker mulut rahim merupakan jenis kanker terbanyak kedua, setelah kanker payudara, yang diderita wanita Indonesia. Kanker yang terjadi pada mulut rahim atau serviks ini berkembang selama puluhan tahun dan selama itu tak menimbulkan gejala.
Di dunia, diperkirakan setiap dua menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks, sedangkan di Indonesia setiap satu jam wanita meninggal akibat penyakit ini. Meski demikian, pengetahuan masyarakat akan kanker ini masih rendah sehingga kanker ini ditemukan pada stadium lanjut.
Menurut dr.Andi Darma Putra, Sp.OG (K), subspesialis onkologi, kanker serviks disebabkan oleh human papilomma virus (HPV) tipe 16 dan 18. "Kedua tipe virus ini menyebabkan lebih dari 75 persen kasus kanker serviks," katanya dalam acara seminar Waspada HPV, Jangan Tunda Vaksinasi di Jakarta (14/10/14).
Perjalanan penyakit ini sejak mulai terinfeksi hingga menjadi kanker bisa berlangsung antara 15-20 tahun. Dilihat dari usia penderita, kanker serviks rata-rata dialami wanita pada rentang usia 35-55 tahun. Dengan perhitungan masa inkubasi tersebut, berarti penderita mulai terjangkit virus HPV sejak usia muda, yakni sekitar usia 20 tahun atau saat mulai melakukan aktivitas seksual.
Penularan utama HPV, menurut ADP, panggilan Andi, disebabkan melalui hubungan seksual dan kontak kulit dengan kulit. "85 persen terjadi melalui rute seksual dan sisanya aktivitas nonseksual, seperti sentuhan kulit kelamin atau menyentuh kelamin dengan jari. Ini karena virus ini hidup di epitel kulit, jadi tidak harus ditularkan lewat penetrasi seksual," kata dokter yang juga staf pengajar Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Meski demikian, 95 persen penularan HPV bisa sembuh dengan sendirinya dilawan oleh sistem kekebalan tubuh. "Yang bahaya itu yang 5 persen, virusnya akan menetap bahkan berkembang menjadi kanker," paparnya.
Pada tahap awal, penyakit ini tidak akan menimbulkan keluhan atau gejala. Biasanya gejala timbul setelah penyakitnya memasuki stadium lanjut.
Gejala yang perlu diwaspadai antara lain nyeri panggul dan kandung kemih, perdarahan setelah senggama, perdarahan di luar masa haid, serta keputihan yang tidak normal dengan ciri diantaranya kental, berwarna kuning atau kecokelatan, serta berbau busuk dan gatal.
Tentu saja, gejala tersebut tak berarti vonis kanker. Bisa jadi disebabkan oleh hal lain. Tapi, Anda tetap harus memeriksakannya ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.
Karena kanker ini merupakan satu-satunya kanker yang sudah diketahui penyebabnya, maka kita sebenarnya bisa mencegahnya, yakni dengan melakukan vaksinasi. "Kanker serviks berkorelasi hampir 100 persen dengan HPV tipe 16 dan 18. Vaksinnya pun sudah ada," kata ADP.
Vaksinasi idealnya dilakukan sejak usia remaja. Di beberapa negara maju, vaksinasi HPV diberikan pada remaja berusia 10 tahun. "Semakin muda usia mendapatkan vaksin, tingkat perlindungannya mencapai 98 persen," kata dr.Suria Nataatmadja, Medical Affairs Director Merk Sharp & Dohme Indonesia.
Cara lain untuk menurunkan risiko penularan HPV adalah menghindari berganti-ganti pasangan, menggunakan kondom, serta menjaga kesehatan agar sistem kekebalan tubuh selalu prima. Meski demikian, WHO merekomendasikan vaksinasi sebagai pencegahan primer terhadap kanker ini.
Di dunia, diperkirakan setiap dua menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks, sedangkan di Indonesia setiap satu jam wanita meninggal akibat penyakit ini. Meski demikian, pengetahuan masyarakat akan kanker ini masih rendah sehingga kanker ini ditemukan pada stadium lanjut.
Menurut dr.Andi Darma Putra, Sp.OG (K), subspesialis onkologi, kanker serviks disebabkan oleh human papilomma virus (HPV) tipe 16 dan 18. "Kedua tipe virus ini menyebabkan lebih dari 75 persen kasus kanker serviks," katanya dalam acara seminar Waspada HPV, Jangan Tunda Vaksinasi di Jakarta (14/10/14).
Perjalanan penyakit ini sejak mulai terinfeksi hingga menjadi kanker bisa berlangsung antara 15-20 tahun. Dilihat dari usia penderita, kanker serviks rata-rata dialami wanita pada rentang usia 35-55 tahun. Dengan perhitungan masa inkubasi tersebut, berarti penderita mulai terjangkit virus HPV sejak usia muda, yakni sekitar usia 20 tahun atau saat mulai melakukan aktivitas seksual.
Penularan utama HPV, menurut ADP, panggilan Andi, disebabkan melalui hubungan seksual dan kontak kulit dengan kulit. "85 persen terjadi melalui rute seksual dan sisanya aktivitas nonseksual, seperti sentuhan kulit kelamin atau menyentuh kelamin dengan jari. Ini karena virus ini hidup di epitel kulit, jadi tidak harus ditularkan lewat penetrasi seksual," kata dokter yang juga staf pengajar Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Meski demikian, 95 persen penularan HPV bisa sembuh dengan sendirinya dilawan oleh sistem kekebalan tubuh. "Yang bahaya itu yang 5 persen, virusnya akan menetap bahkan berkembang menjadi kanker," paparnya.
Pada tahap awal, penyakit ini tidak akan menimbulkan keluhan atau gejala. Biasanya gejala timbul setelah penyakitnya memasuki stadium lanjut.
Gejala yang perlu diwaspadai antara lain nyeri panggul dan kandung kemih, perdarahan setelah senggama, perdarahan di luar masa haid, serta keputihan yang tidak normal dengan ciri diantaranya kental, berwarna kuning atau kecokelatan, serta berbau busuk dan gatal.
Tentu saja, gejala tersebut tak berarti vonis kanker. Bisa jadi disebabkan oleh hal lain. Tapi, Anda tetap harus memeriksakannya ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.
Karena kanker ini merupakan satu-satunya kanker yang sudah diketahui penyebabnya, maka kita sebenarnya bisa mencegahnya, yakni dengan melakukan vaksinasi. "Kanker serviks berkorelasi hampir 100 persen dengan HPV tipe 16 dan 18. Vaksinnya pun sudah ada," kata ADP.
Vaksinasi idealnya dilakukan sejak usia remaja. Di beberapa negara maju, vaksinasi HPV diberikan pada remaja berusia 10 tahun. "Semakin muda usia mendapatkan vaksin, tingkat perlindungannya mencapai 98 persen," kata dr.Suria Nataatmadja, Medical Affairs Director Merk Sharp & Dohme Indonesia.
Cara lain untuk menurunkan risiko penularan HPV adalah menghindari berganti-ganti pasangan, menggunakan kondom, serta menjaga kesehatan agar sistem kekebalan tubuh selalu prima. Meski demikian, WHO merekomendasikan vaksinasi sebagai pencegahan primer terhadap kanker ini.
Sumber : health.kompas.com |
0 komentar:
Posting Komentar